BAB
4
KEBERAGAMAN
MASYARAKAT INDONESIA DALAM BINGKAI BHINNEKA TUNGGAL IKA
A.
Makna Persatuan dalam Kebangsaan
Persatuan
dalam keragaman masyarakat Indonesia, memiliki arti yang sangat penting dan
harus dipahami oleh setiap warga masyarakat agar dapat mewujudkan kehidupan
yang serasi, selaras, dan seimbang, serta mempererat hubungan kekeluargaan
antarwarga masyarakat, sehingga perbedaan yang ada tidak menjadi sumber
masalah. Oleh karena itu, diperlukan alat yang dapat mempersatukan bangsa
Indonesia, yaitu dasar negara Pancasila, Undang - Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia,
serta lambang-lambang identitas nasional, seperti bendera Merah Putih, lambang negara
Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Dalam
mewujudkan persatuan dalam keragaman masyarakat Indonesia, kita perlu
mengembangkan sikap tidak memandang
rendah suku atau budaya yang lain, tidak menganggap suku dan budayanya paling
tinggi dan paling baik, menerima keragaman suku bangsa dan budaya sebagai
kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya, serta lebih mengutamakan negara
daripada kepentingan daerah atau suku masing-masing.
Kita
mesti bangga, memiliki suku dan budaya yang beragam. Keragaman suku dan budaya
merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya.Bangsa asing saja banyak yang berebut belajar budaya
daerah kita. Jangan sampai kita menjadi
asing di negeri sendiri, karena mengabaikan budaya sendiri. Bahkan, kita pun
sempat hampir kehilangan budaya kita karena budaya asli daerah kita diklaim
sebagai budaya asli bangsa lain. Sesama bangsa Indonesia, kita harus bahu-membahu
memperkokoh semangat persatuan untuk mempertahankan segala apa yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia, baik kekayaan alam maupun kekayaan budaya nasional
supaya kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap
terpelihara, tidak tercerai-berai dengan memisahkan diri atau diklaim oleh
bangsa lain. Seperti pepatah mengatakan, ”bersatu kita teguh, bercerai kita
runtuh”.
B.
Prinsip Persatuan dalam Keberagaman Suku, Agama, Ras,
dan Antargolongan
Untuk
mewujudkan persatuan dalam keberagaman, masyarakat Indonesia perlu berpegang
kepada prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan. Prinsipprinsip itu, di antaranya
sebagai berikut.
1). Prinsip Bhinneka
Tunggal Ika.
Prinsip ini mengharuskan
kita mengakui bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki
keanekaragaman suku, bahasa, agama, dan adat kebiasaan. Hal ini mewajibkan kita
untuk bersatu sesuai dengan makna dari Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri, yaitu
walaupun berbeda-beda tetapi merupakan satu kesatuan.
2). Prinsip Nasionalisme
Indonesia
Nasionalisme merupakan
paham yang mencintai tanah air, adanya kesiapsiagaan
dari warga negara untuk membela tanah airnya. Kita mencintai bangsa kita, namun
bukan berarti mengagung-agungkan bangsa kita sendiri. Nasionalisme Indonesia
tidak berarti bahwa kita merasa lebih unggul daripada bangsa lain. Kita tidak
ingin memaksakan kehendak kepada bangsa lain. Sebab, pandangan semacam ini
hanya mencelakakan kita. Selain tidak realistis, sikap seperti itu juga
bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3). Prinsip kebebasan
yang Bertanggung Jawab
Manusia Indonesia adalah
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,
yang memiliki kebebasan dan tanggung jawab tertentu terhadap dirinya,
sesamanya, dan dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap warga
negara memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu, tetapi bukan kebebasan yang kebablasan.
Namun, kebebasan yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha
Esa, kepada sesama manusia, serta kepada bangsa dan negara.
4). Prinsip Wawasan
Nusantara
Wawasan Nusantara
merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya yang
merupakan satu kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan. Dengan wawasan itu, kedudukan manusia Indonesia
ditempatkan dalam kerangka kesatuan politik, sosial, budaya, ekonomi, serta
pertahanan keamanan. Manusia Indonesia merasa satu, senasib sepenanggungan,
sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita
pembangunan nasional.
5). Prinsip Persatuan
Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-Cita
Reformasi
Dengan semangat persatuan
Indonesia, kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta melanjutkan pembangunan
menuju masyarakat yang adil dan makmur sebagai cita-cita bangsa di era
Reformasi ini.
C.
Permasalahan Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia
1.
Bentuk Keberagaman Masyarakat
Indonesia
Kekayaan
bangsa Indonesia akan keberagaman, merupakan suatu hal yang harus dijadikan
sebagai dorongan bagi masyarakat untuk mengenal dan memahami setiap keberagaman
yang ada di masyarakat Indonesia, agar keberagaman yang dimiliki menjadi sebuah
kekuatan sehingga bangsa Indonesia dapat lebih maju dan lebih bermartabat.
Keberagaman masyarakat Indonesia, meliputi suku bangsa, agama, budaya, adat
istiadat, bahasa daerah, pandangan politik, dan golongan.
a.
Suku Bangsa
Suku-suku
bangsa yang tersebar di Indonesia merupakan warisan sejarah bangsa. Persebaran
suku bangsa dipengaruhi oleh faktor geografis, perdagangan laut, dan kedatangan
para penjajah di Indonesia. Persebaran yang
luas menjadikan suku bangsa di Indonesia memiliki ciri dan karakter
tersendiri yang berbeda antara satu suku bangsa yang satu dengan yang lainnya.
Walaupun memiliki suku bangsa yang beraneka ragam, kita tetap satu bangsa, tanah air, dan bahasa, yaitu
Indonesia. Untuk itu, kita harus menyadari bahwa keberagaman itu merupakan
kekayaan yang tak ternilai harganya dan harus dapat dijadikan sebagai kekuatan
yang mampu mempersatukan bangsa Indonesia.
b.
Adat Istiadat
Adat
merupakan peraturan tentang perbuatan manusia yang lazim dilakukan sejak zaman
nenek moyang dan diikuti oleh keturunannya. Adat yang telah melembaga, disebut
adat istiadat. Adat istiadat berupa tata kelakuan yang relatif
turun-temurun dari generasi ke generasi sebagai warisan nenek
moyang sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku dalam masyarakat.
Sedangkan adat yang memiliki sanksi hukum disebut dengan hukum
adat.
Bangsa
Indonesia memiliki kekayaan adat
istiadat yang beraneka ragam dari berbagai daerah di seluruh Nusantara. Bahkan,
seorang ahli hukum adat Indonesia, yaitu Mr. van Vollenhoven mengungkapkan
tentang sistem lingkaran hukum adat (adat rechtskringen) yang
mengklasifikasikan dari sekian ratus adat di Indonesia menjadi 19 lingkaran
hukum adat atau suku bangsa, yaitu:
(1) Aceh; (2) Gayo, Alas dan Batak; (3)
Minangkabau; (4) Sumatera Selatan; (5) Melayu; (6) Bangka dan Belitung; (7) Kalimantan;
(8) Minahasa; (9) Gorontalo; (10)
Toraja; (11) Sulawesi
Selatan; (12) Ternate; (13) Ambon; (14) Timor; (15) Irian Jaya; (16) Bali dan Lombok; (17) Jawa; (18) Yogyakarta; (19) Jawa Barat.
Setiap
suku bangsa memiliki adat istiadat dan ciri khasnya masing-masing yang berbeda
antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa lainnya. Hal ini nampak dari
keanekaragaman budaya daerah seperti dari rumah adat, pakaian adat, senjata
tradisional, alat musik tradisional, lagu-lagu daerah, tarian daerah, makanan
khas tradisional, kerajinan khas daerah, upacara adat, sistem kekerabatan.
Ada
beberapa daerah di wilayah Indonesia yang memiliki sistem kekerabatan yang
masih kuat dianut oleh masyarakat. Sistem kekerabatan itu diantaranya sebagai
berikut.
1)
Parental
Sistem kekerabatan
parental menarik garis keturunan dari kedua belah pihak (ayah dan ibu),
kedudukan laki-laki dan perempuan sama. Misalnya, di daerah Aceh dan Jawa
Barat. Di daerah parental, apabila suatu anggota masyarakat akan
menyelenggarakan pesta perkawinan, maka menurut adatnya biaya pesta ditanggung
oleh kedua belah pihak, atau berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak. Di
Jawa Barat misalnya dengan adat Sunda biasanya pihak laki-laki mengeluarkan
biaya untuk membawa barang “Seserahan” serta memberikan bantuan dana untuk
penyelenggaraan pesta kepada pihak perempuan, sedangkan pihak perempuan
mengeluarkan biaya untuk penyelenggaraan pesta.
2)
Patrilineal
Sistem kekerabatan
patrilineal menarik garis keturunan dari pihak bapak. Kedudukan laki-laki lebih
tinggi dibandingkan perempuan. Misalnya, di daerah Palembang dan Batak. Di
daerah patrilineal jika ada suatu anggota masyarakat akan menyelenggarakan
pesta perkawinan maka seluruh biaya perkawinan ditanggung oleh pihak laki-laki,
sedangkan pihak perempuan tidak dibebankan untuk menanggung biaya perkawinan
kecuali atas kesepakatan kedua belah pihak.
3)
Matrilineal
Sistem kekerabatan
matrilineal menarik garis keturunan dari pihak ibu. Kedudukan perempuan lebih
tinggi dibandingkan laki-laki, misalnya, di daerah Minangkabau. Di daerah
matrilineal jika ada suatu anggota masyarakat akan menyelenggarakan pesta
perkawinan maka biaya perkawinan sepenuhnya ditanggung oleh pihak perempuan, dan
pihak laki-laki tidak dibebankan untuk menanggung biaya perkawinan kecuali atas
kesepakatan kedua belah pihak.
c.
Agama
Agama merupakan satu hal
yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Keanekaragaman suku
bangsa, letak geografis, dan latar belakang sejarah, merupakan faktor penyebab
terjadinya keragaman tersebut. Pemerintah menetapkan agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghuchu sebagai agama resmi penduduk di
Indonesia.
2.
Pengaruh Keberagaman Masyarakat
Indonesia
Keberagaman
masyarakat Indonesia menjadi suatu kekuatan bagi tumbuhnya
persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam kehidupan masyarakat kita, keberagaman ini
belum sepenuhnya menjadi sebuah kekuatan, tapi menjadi pemicu terjadinya
perselisihan dalam masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari keberagaman
masyarakat Indonesia, di antaranya:
Dampak Positif |
Dampak Negatif |
a. terciptanya
integritas nasional; b. menjadi
sarana untuk memajukan pergaulan antarsuku, agama, budaya, dan golongan; c. dapat
memperkaya khazanah budaya bangsa. |
a. terjadinya
konflik dalam masyarakat; b. munculnya
sikap primordialisme, yaitu
pandangan yang berpegang teguh pada hal-hal yang dibawa sejak kecil baik
mengenai tradisi, adat istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada
di lingkungan pertamanya; c. munculnya
sikap etnosentrisme, yaitu suatu
pandangan yang menganggap bahwa suku bangsanya sendiri lebih unggul
dibandingkan dengan suku yang lainnya; d. fanatisme
yang berlebihan, yaitu paham yang berpegang teguh secara berlebihan terhadap
keyakinan sendiri sehingga menganggap salah terhadap keyakinan yang lain. |
3.
Permasalahan yang mungkin Muncul dalam
Keberagaman Masyarakat Indonesia
Bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang beraneka ragam karena terdiri atas berbagai
suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, serta agama yang berbedabeda.
Keanekaragaman tersebut, terdapat di berbagai wilayah yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke. Keberagaman masyarakat kita merupakan kekayaan bangsa
Indonesia. Hal ini juga menjadi daya tarik bangsa lain untuk datang ke
Indonesia. Keberagaman ini semakin menarik dengan letak geografis dan keindahan
alam Indonesia. Masyarakat yang beragam menandai betapa besarnya bangsa
Indonesia. Hal ini merupakan anugerah Tuhan Yang Mahakuasa, yang patut
dihargai. Oleh karena itu, kita wajib selalu bersyukur atas anugerah ini dengan
selalu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Konflik berasal dari
kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(dapat juga kelompok), salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Namun,
dibalik semua itu, keberagaman masyarakat memiliki potensi timbulnya berbagai
masalah dalam masyarakat. Salah satu karakteristik keberagaman adalah adanya
perbedaan. Coba kamu perhatikan berbagai perbedaan di lingkungan sekitarmu.
Perbedaan tersebut dapat menjadi salah satu faktor penyebab masalah, seperti
putusnya persahabatan, perkelahian antar kampung, perkelahian antarpelajar, dan
sebagainya. Dengan demikian, dapat disim pulkan bahwa keberagaman masyarakat
Indonesia setidaknya dapat menimbulkan sejumlah permasala han di dalam
masyarakat Indonesia sendiri, di antaranya adalah konflik. Apa saja bentuk
konflik pada masyarakat Indonesia? Mengapa hal tersebut dapat terjadi di
Indonesia? Nah, kedua pertanyaan tersebut dapat kamu ketahui jawabannya dengan
mencermati uraian materi berikut ini.
a.
Bentuk Konflik pada Masyarakat
Indonesia
Konflik
dalam masyarakat dapat dikelompokkan berdasarkan tingkatannya, yaitu konflik
ideologi dan konflik politik. Konflik ideologi terjadi karena perbedaan
ideologi dalam masyarakat. Contoh konflik ideologi adalah peristiwa G30S/PKI
yang merupakan penolakan bangsa Indonesia terhadap ideologi komunis. Adapun
konflik politik merupakan pertentangan yang disebabkan perbedaan kepentingan
dalam memperoleh kekuasaan atau merumuskan kebijakan pemerintah. Contoh nyata
konflik politik antara lain bentrokan akibat proses pemilihan umum, bentrokan
menolak kebijakan pemerintah, atau menuntut sesuatu.
Berdasarkan
jenisnya, terdapat konflik antarsuku, konflik antaragama,konflik antarras, dan
konflik antargolongan. Berikut uraian konflik berdasarkan jenisnya.
1)
Konflik
antarsuku, yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang lain.
Perbedaan suku sering kali menyebabkan perbedaan adat istiadat, budaya, sistem keke-rabatan,
dan norma sosial dalam masyarakatnya. Pemahaman yang keliru terhadap perbedaan
ini dapat menimbulkan masalah, bahkan konflik dalam masyarakatnya.
2)
Konflik
antaragama, yaitu pertentangan antara kelompok yang memiliki keyakinan atau
agama berbeda. Konflik ini dapat terjadi antara agama yang satu dengan agama
yang lain, atau antara kelompok dalam agama tertentu.
3)
Konflik
antarras, yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain.
Pertentangan ini dapat disebabkan sikap rasialis, yaitu memperlakukan orang
berbeda-beda berdasarkan ras.
4)
Konflik
antargolongan, yaitu pertentangan antara kelompok atau golongan dalam
masyarakat. Golongan atau kelompok dalam masyarakat dapat dibedakan atas dasar
pekerjaan, partai politik, asal daerah, dan sebagainya.
Pertentangan antara dua orang yang berbeda suku, belum tentu
ini adalah konflik antarsuku. Hal ini dapat saja disebabkan oleh faktor
lain, seperti masalah pribadi yang tidak berkaitan dengan perbedaan suku.
Konflik antarsuku dapat berawal dari konflik antarpribadi. Contohnya A yang
berasal dari suku X memiliki masalah pribadi dengan B yang berasal dari
suku Y, karena hutang piutang. Masalah yang bersifat pribadi ini dapat
berkembang menjadi konflik antarsuku apabila keduanya kemudian saling
menghina asal daerah atau suku masing-masing. Konflik antarpribadi ini akan berkembang lebih lanjut,
apabila masing-masing orang ini, meminta bantuan kepada orang lain yang
berasal dari suku masing-masing. Hal ini juga dapat terjadi pada konflik
individu dengan kelompok, maupun konflik kelompok dengan kelompok yang
berkembang menjadi konflik antarsuku, antarras, antaragama, maupun
antargolongan. Contohnya, sekelompok pengemudi angkutan umum saling
bertentangan dengan kelompok pengemudi
lain karena memperebutkan penumpang. Pertentangan ini seolah- olah
pertentangan antarsuku karena terkadang kelompok pengemudi yang satu sebagian
besar berasal dari suku A sedangkan kelompok lain berasal dari suku. Oleh
karena itu, kita harus berhati-hati dan cermat dalam menelaah suatu masalah,
apakah suatu masalah merupakan masalah atau konflik antarsuku atau
sebenarnya merupakan konflik pribadi.
b.
Penyebab Konflik dalam Masyarakat
Konflik
dalam masyarakat bukan merupakan proses yang terjadi secara tiba-tiba.
Peristiwa ini terjadi melalui proses yang ditandai oleh beberapa gejala dalam masyarakat. Gejala yang menunjukkan adanya
konflik sosial dalam masyarakat, antara lain
sebagai berikut.
1)
Tidak adanya persamaan pan dangan antarkelompok, seperti perbedaan
tujuan, cara melakukan sesuatu, dan sebagainya.
2)
Norma-norma sosial tidak ber-fungsi dengan baik sebagai alat mencapai
tujuan.
3)
Adanya pertentangan normanorma dalam masyarakat sehingga menimbulkan
kebingungan bagi masyarakat.
4)
Sanksi terhadap pelanggar atas norma tidak tegas atau lemah.
5)
Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma
yang berlaku.
6)
Terjadi proses disosiatif, yaitu proses yang mengarah pada
persaingan tidak sehat, tindakan kontorversial, dan pertentangan (konflik)
Adapun
beberapa gejala dalam masyarakat yang memiliki potensi menjadi penyebab konflik
sosial, antara lain sebagai berikut.
1)
Gejala menguatnya etnosentrisme kelompok. Etnosentrisme berasal
dari kata etnos yang berarti suku sedangkan sentrisme berarti
titik pusat. Dengan demikian, etnosentrisme memiliki arti perasaan suatu
kelompok di mana kelompoknya merasa dirinya paling baik, paling benar, paling
hebat sehingga mengukur kelompok lain dengan nilai dan norma kelompoknya sendiri.
Sikap etnosentrisme tidak hanya terdapat dalam kolompok suku, namun juga
terdapat dalam kelompok lain seperti kelompok pelajar, partai politik,
pendukung tim sepakbola, dan sebagainya. Perkelahian pelajar terkadang disebabkan
oleh sikap kelompoknya merasa lebih baik, lebih kuat, dari kelompok pelajar
lain.
2)
Stereotip terhadap suatu kelompok, yaitu anggapan yang dimiliki
terhadap suatu kelompok yang bersifat tidak baik. Misalnya, anggapan bahwa suatu
kelompok identik dengan kekerasan, sifat suatu suku yang kasar, dan sebagainya.
Stereotip ini dapat terjadi terhadap kelompok agama, suku, ras, maupun
golongan, seperti geng sepeda motor, kelompok remaja tertentu, organisasi
kemasyarakatan, dan sebagainya. Stereotip mengakibatkan sikap prasangka
terhadap suatu kelompok sesuai dengan anggapan negatif tersebut.
3)
Hubungan antarpenganut agama yang kurang harmonis. Sikap fanatik
yang berlebihan terhadap keyakinan masing-masing, dapat menimbulkan sikap tidak
toleran terhadap agama lain. Berpegang teguh pada ajaran agama masing-masing
adalah keharusan. Namun, kita tidak boleh memaksakan suatu keyakinan kepada
orang lain. Keberagaman agama dapat menimbulkan perbedaan dalam mengatasi suatu
persoalan dalam masyarakat. Perbedaan tersebut dapat berkembang menjadi konflik
apabila tidak mengembangkan sikap saling menghormati agama dan keyakinan orang
lain.
4)
Hubungan antara penduduk asli dan penduduk pendatang yang kurang
harmonis dapat menimbulkan berbagai masalah dalam masyarakat yang beragam.
Ketidakharmonisan dapat terjadi dengan diawali rasa ketidakadilan dalam bidang
ekonomi, politik, ketersinggungan, keterbatasan komunikasi, dan sebagainya.
Konflik yang terjadi dalam masyarakat sering kali disebabkan
oleh banyak faktor sehingga konflik yang terjadi bersifat kompleks atau rumit.
Sebagai contoh, pertentangan pelajar di sekolah dapat disebabkan karena letak
sekolah, persoalan pribadi antarsiswa, kejenuhan di sekolah, pengaruh orang di
luar sekolah, dan sebagainya. Oleh karena itu, menyelesaikan masalah
pertentangan pelajar tidak dapat hanya dengan satu cara misalkan memindahkan
sekolah. Namun, perlu secara
bersama-sama diselesaikan dengan mengetahui apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya konflik
tersebut.
c.
Akibat yang Ditimbulkan oleh
Terjadinya Konflik
Konflik
yang terjadi dalam masyarakat merupakan gejala sosial, apalagi masyarakat yang
beragam. Ada yang berpendapat bahwa konflik senantiasa akan ada dalam masyarakat, hanya berbeda ruang dan waktu.
Sulit menemukan masyarakat tanpa konflik sepanjang masa. Namun demikian, kita
harus mencegah agar konflik yang terjadi dalam masyarakat tidak terjadi secara terus-menerus
dan membawa akibat yang merugikan semua pihak. Konflik dalam masyarakat
memiliki akibat positif dan negatif, baik secara perorangan maupun kelompok.
Salah satu akibat positif konflik adalah bertambah kuatnya rasa solidaritas
kelompok. Hubungan antaranggota kelompok atau masyarakat semakin kuat. Namun
konflik juga memiliki akibat yang negatif, misalnya sebagai berikut.
1)
Perpecahan
dalam masyarakat.
Perpecahan merupakan akibat nyata dari konflik yang terjadi
dalam masyarakat. Kerukunan masyarakat akan terganggu akibat konflik yang
terjadi. Anggota yang sebelumnyasaling bertetangga berubah menjadi tidak saling
bertegur sapa, saling membenci, saling berprasangka, dan sebagainya. Apabila
kon flik ter jadi di sekolah, hal ini akan membuat hubungan dengan teman putus,
suasana belajar tidak nyaman, dan tidak tertib.
2)
Kerugian
harta benda dan korban manusia.
Kehancuran harta benda sering terjadi akibat konflik dalam
masyarakat. Kerusakan fasilitas umum,
rumah pribadi, serta taman yang rusak merupakan contoh nyata akibat dari
konflik. Konflik juga dapat mengakibatkan korban jiwa dalam masyarakat.
3)
Kehancuran
nilai-nilai dan norma sosial yang ada
Nilai-nilai dan norma
sosial dapat hancur akibat konflik dalam masyarakat, seperti nilai kasih
sayang, kekeluargaan, saling menolong, dan persaudaraan. Nilai-nilai ini dapat
digantikan oleh rasa dendam, curiga, tidak percaya kelompok lain, dan
sebagainya. Aturan-aturan sosial juga dapat berubah, seperti larangan bertemu
dengan kelompok lain, larangan melakukan kerja sama dengan kelompok lain, dan
sebagainya.
4)
Perubahan
kepribadian
Kepribadian seseorang
dapat berubah akibat konflik, misalnya anak-anak korban konflik akan menjadi
pemurung, takut melihat orang lain, atau dendam. Orang yang terlibat konflik
dapat menjadi beringas, pemarah, dan agresif. Uraian di atas mempertegas bahwa
konflik yang terjadi dalam masyarakat lebih membawa akibat negatif dari pada
akibat positif. Oleh karena itu, kita harus mencegah terjadinya konflik dalam
masyarakat. Kehidupan masyarakat yang damai tanpa konflik merupakan dambaan
setiap orang. Kita dapat belajar dengan tenang, bermain dengan senang bila
tidak ada konflik. Setiap warga masyarakat berkewajiban memelihara keberagaman
dalam masyarakat tanpa menimbulkan masalah akibat keberagaman tersebut.
D.
Upaya Pencegahan Konflik yang Bersifat SARA
Keberagaman
budaya di satu sisi memberikan peran penting bagi bangsa dan masyarakat besar
seperti Indonesia. Tentu saja hal tersebut dapat terjadi apabila keragaman
kebudayaan tersebut dikelola dengan tepat. Bagaimana bila tidak dikelola dengan
tepat? Malapetakalah yang akan melanda.
Hampir semua negara yang penduduknya heterogen seperti India dan Filipina,
termasuk Indonesia setiap saat dapat terjadi konflik bernuansa SARA (Suku,
Agama, Ras, dan Antargolongan).
Setiap
masalah yang berpotensi menimbulkan konflik dalam masyarakat yang beragam,
harus segera diselesaikan sehingga tidak membawa akibat yang merugikan
masyarakat. Upaya mengatasi masalah ini dapat dilakukan secara preventif dan
represif. Cara preventif, artinya upaya dilakukan untuk mencegah
terjadinya masalah atau sebelum masalah terjadi. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan mengembangkan sikap toleransi, kerja sama, latihan bersama, dan
sebagainya.
Adapun,
cara
represif adalah upaya mengatasi masalah pada saat atau setelah
terjadi masalah, seperti penangkapan, pembubaran paksa, dan sebagainya. Selain
itu, ada cara kuratif,
merupakan upaya tindak lanjut atau penanggulangan akibat masalah yang terjadi.
Cara ini bertujuan untuk mengatasi dampak dari masalah yang terjadi. Misalnya,
pendampingan bagi korban kerusuhan, perdamaian, kerja sama, dan sebagainya.
Bangsa Indonesia
mempunyai tiga kekuatan untuk mempersatukan bangsa,
yaitu: 1. Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
bangsa; 2. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika 3. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
Sikap
menghargai dan menghormati keanekaragaman suku bangsa dan budaya, dapat kalian
terapkan melalui berbagai cara. Misalnya, tidak menonjolkan suku bangsa
sendiri, tidak menjelek-jelekkan suku bangsa lain, mau bergaul dengan teman yang berbeda suku, memberikan pujian
terhadap keindahan budaya suku bangsa lain, menyaksikan pertunjukan kesenian daerah
lain, dan sebagainya. Selain itu, kalian juga harus menerima keanekaragaman
budaya sebagai bagian budaya bangsa. Misalnya, dengan mempelajari kesenian
daerah lain. Jika hal itu kalian lakukan, berarti kalian telah menunjukkan
sikap menerima keanekaragaman budaya bangsa. Kemudian, jika kalian merupakan
warga pendatang suatu daerah, sudah sepantasnya bila kalian menyesuaikan diri
dan mempelajari kebudayaan daerah setempat. Dengan bersikap seperti itu, kalian
telah menghargai, menghormati, dan menerima keanekaragaman budaya sehingga pada
akhirnya kerukunan antarsuku bangsa akan tetap terjaga.
No comments:
Post a Comment